Pengujian
Hipotesis
Setelah hipotesis
dirumuskan dan dievaluasi semuanya itu harus diuji melalui pengumpulan data lalu
diolah. Kemudian barulah sampai pada suatu kesimpulan menerima atau menolak
hipotesis tersebut. Di dalam menentukan penerimaan dan penolakan hipotesis maka
hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi hipotesis nol (Ho).
Menurut Furchan (2007: 130-131), untuk menguji
hipotesis peneliti harus:
1. Menarik
kesimpulan tentang konsekuensi-konsekuensi yang akan dapat diamati apabila
hipotesis tersebut benar.
2. Memilih
metode-metode penelitian yang akan memungkinkan pengamatan, eksperimentasi,
atau prosedur lain yang diperlukan untuk menunjukkan apakah akibat-akibat
tersebut terjadi atau tidak, dan
3. Menerapkan
metode ini serta mengumpulkan data yang dapat dianalisis untuk menunjukkan
apakah hipotesis tersebut didukung oleh data atau tidak.
Secara umum hipotesis
dapat diuji denga dua cara, yaitu mencocokkan dengan fakta, atau dengan
mempelajari konsistensi logis. Dalam menguji hipotesis dengan mencocokkan
fakta, maka diperlukan percobaan-percobaan untuk memperoleh data. Data tersebut
kemudian kita nilai untuk mengetahui apakah hipotesis tersebut cocok dengan
fakta tersebut atau tidak. Jika hipotesis diuji dengan konsistensi logis, maka
si peneliti memilih suatu desain di mana logika dapat digunakan, untuk menerima
atau menolak hipotesis.
Taraf
Kesalahan
Pada dasarnya menguji hipotesis adalah
menaksir parameter populasi berdasarkan data sampel. Menurut Sugiyono (2008:
224-225) menyatakan bahwa terdapat dua cara menaksir, yaitu: a point
estimate dan interval estimate atau sering disebut convidence
interval. A point estimate (titik taksiran) adalah suatu taksiran parameter
populasi berdasarkan satu nilai data sampel. Sedangkan interval estimate (taksiran
interval) adalah sutau taksiran parameter populasi berdasarkan nilai interval
data sampel. Sebagai contoh, saya berhipotesis (menaksir) bahwa daya tahan
belajar siswa Indonesia itu 10 jam/hari. Hipotesis ini disebut point
estimate, karena daya tahan belajar siswa Indonesia ditaksir melalui
satu nilai yaitu 10 jam/hari. Bila hipotesisnya berbunyi daya tahan
belajar siswa Indonesia antara 8 sampai dengan 12 jam/hari, maka hal ini
disebut interval estimate. Nilai intervalnya adalah 8 sampai
dengan 12 jam.
Dua
Kesalahan dalam Menguji Hipotesis
Sugiyono
(2008: 88) menyatakan bahwa dalam menaksir populasi berdasarkan data sampel
kemungkinan akan terdapat dua kesalahan, yaitu:
1. Kesalahan
Tipe I adalah suatu kesalahan bila menolak hipotesis nol (Ho) yang benar
(seharusnya diterima). Dalam hal ini tingkat kesalahan dinyatakan dengan a.
2. Kesalahan
tipe II, adalah kesalahan bila menerima hipotesis yang salah (seharusnya
ditolak). Tingkat kesalahan untuk ini dinyatakan dengan b.
Berdasarkan hal tersebut,
maka hubungan antara keputusan menolak atau menerima hipotesis dapat
digambarkan sebagai berikut:
Tabel I
Hubungan Antara Keputusan Menolak atau
Menerima Hipotesis
Keputusan
|
Keadaan Sebenarnya
|
|
Hipotesis Benar
|
Hipotesis Salah
|
|
Terima hipotesis
|
Tidak membuat kesalahan
|
Kesalahan tipe II (b)
|
Tolak hipotesis
|
Kesalahan tipe I (a)
|
Tidak membuat kesalahan
|
Dari tabel
di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Keputusan
menerima hipotesis nol yang benar, berarti tidak membuat kesalahan.
2. Keputusan
menerima hipotesis nol yang salah, berarti terjadi kesalahan tipe II.
3. Keputusan
menolak hipotesis nol yang benar, berarti terjadi kesalahan tipe I.
4. Keputusan
menolak hipotesis nol yang salah, berarti tidak membuat kesalahan.
Tingkat
kesalahan ini kemudian disebut level of significant atau tingkat
signifikansi. Dalam prakteknya tingkat signifikansi telah ditetapkan oleh
peneliti terlebih dahulu sebelum hipotesis diuji. Biasanya tingkat signifikansi
(tingkat kesalahan) yang diambil adalah 1% dan 5%. Suatu hipotesis terbukti
dengan mempunyai kesalahan 1% berarti bila penelitian dilakukan pada 100 sampel
yang diambil dari populasi yang sama, maka akan terdapat satu kesimpulan salah
yang dilakukan untuk populasi.
Dalam
pengujian hipotesis kebanyakan digunakan kesalahan tipe I yaitu berapa persen
kesalahan untuk menolak hipotesis nol (Ho) yang benar (yang seharusnya
diterima). Prinsip pengujian hipotesis yang baik
adalah meminimalkan nilai α dan β. Dalam perhitungan, nilai α dapat
dihitung sedangkan nilai β hanya bisa dihitung jika nilai hipotesis
alternatif sangat spesifik. Pada pengujian hipotesis, kita lebih sering
berhubungan dengan nilai α. Dengan asumsi, nilai α yang kecil juga
mencerminkan nilai β yang juga kecil. Menurut Furqon (2004:167), kedua tipe
kekeliruan tersebut berhubungan negatif (berlawanan arah). Para
peneliti biasanya, secara konservatif menetapkan sekecil mungkin (0,05 atau
0,01) sehingga meminimalkan peluang kekelliruan tipe I. Dalam hal ini, mereka
beranggapan bahwa menolak hipotesis nol yang seharusnya diterima merupakan
kekeliruan yang serius mengingat akibat yang ditimbulkannya. Namun perlu diingat dalam
menetapkan taraf signifikansi kita harus melihat situasi penelitian.
Macam-Macam Pengujian Hipotesis
Dalam Sugiyono (2008:228-232) terdapat tiga macam bentuk pengujian
hipotesis. Adapun
jenis uji mana yang akan dipakai tergantung pada bunyi kalimat hipotesis. Berikut 3 macam bentuk pengujian hipotesis tersebut:
a. Uji Dua Pihak (Two
Tail Test)
Uji
dua pihak digunakan apabila hipotesis nol (Ho) berbunyi “sama dengan” dan
hipotesis alternatif (Ha) berbunyi “tidak sama dengan” (Ho = ; Ha ¹).
b. Uji Pihak Kiri
Uji pihak kiri digunakan
apabila hipotesis nol (Ho) berbunyi “lebih besar atau
sama dengan” dan hipotesis alternatif (Ha) berbunyi “lebih kecil” (Ho ³ ; Ha <).
c. Uji Pihak Kanan
Uji pihak
kanan digunakan apabila hipotesis nol (Ho) berbunyi
“lebih kecil atau sama dengan” dan hipotesis alternatif (Ha) berbunyi “lebih
besar” (Ho £ ; Ha >).
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Furchan, Arief. 2007. Pengantar
Penelitian Dalam Pendidikan. Bandung: Pustaka Pelajar.
Furqan. 2004. Statistika
Terapan Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Ruseffendi, E.T.
2005. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta
Lainnya. Bandung: Tarsito Bandung.
Sugiyono. 2008. Metode
Penelitian Pendidikan (Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta Bandung.
thank nice infonya, kunjungi http://bit.ly/2PQZp2w
BalasHapus