Sabtu, 06 Oktober 2012

Apa Itu Hipotesis?


Hipotesis
1. Pengertian
Dari arti katanya, hipotesis berasal dari 2 penggalan kata, “hypo” yang artinya di bawah dan “thesa” yang artinya kebenaran. Peneliti mendalami permasalahan dengan seksama dan mensurvei teori (literatur/sumber referensi/kepustakaan), kemudian membuat hipotesis yang masih harus dibuktikan/diuji kebenarannya (di bawah kebenaran). Inilah hipotesis, peneliti harus berpikir hipotesisnya dapat diuji sehingga naik statusnya menjadi thesa atau sebaliknya tetap menjadi hipotesis.
Sugiyono (2008:96) menyatakan hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan fakta-fakta empiris.
Dalam Ruseffendi (2005:23), hipotesis adalah penjelasan atau jawaban tentatif (sementara) tentang tingkah laku, fenomena (gejala), atau kejadian yang akan terjadi; bisa juga mengenai kejadian yang sedang terjadi. Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis sementara terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data.
Hipotesis termasuk dalam langkah penelitian, tetapi perlu diketahui bahwa tidak semua penelitian harus merumuskan hipotesis. Penelitian yang bersifat eksploratif dan deskriptif sering tidak perlu merumuskan hipotesis.
G.E.R brurrough (Arikunto, 2010:112) mengatakan bahwa penelitian berhipotesis penting dilakukan bagi :
1.             Penelitian menghitung banyaknya sesuatu
2.             Penelitian tentang perbedaan
3.             Penelitian hubungan.

2. Ciri-Ciri Hipotesis yang Baik
Setelah hipotesis dirumuskan, maka sebelum pengujian yang sebenarnya dilakukan, hipotesis harus dinilai terlebih dahulu. Untuk menilai kelaikan hipotesis, ada beberapa kriteria atau ciri hipotesis yang baik yang dapat dijadikan acuan penilaian. Kriteria atau ciri hipotesis yang baik menurut Furchan (2007: 121-129) yaitu: (1) hipotesis harus mempunyai daya penjelas; (2) hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada di antara variabel-variabel; (3) hipotesis harus dapat diuji; (4) hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada; dan (5) hipotesis hendaknya dinyatakan sederhana dan seringkas mungkin. Pendapat ini diperkuat oleh Sugiyono (2008:106), menurut beliau karakteristik hipotesis yang baik adalah sebagai berikut:
a.              Merupakan dugaan terhadap keadaan variabel mandiri, perbandingan keadaan variabel pada berbagai sampel dan merupakan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih.
b.             Dinyatakan dalam kalimat yang jelas sehingga tidak menimbulkan berbagai penafsiran.
c.              Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode-metode ilmiah.
Sejalan dengan pendapat sebelumnya, Ruseffendi (2005:26-27) memaparkan bahwa ciri-ciri yang menonjol dari hipotesis yang baik adalah pertama, sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya. Kedua, tentatif dan berupa penjelasan yang masuk akal bagi terbentuknya tingkah laku tertentu, gejala (fenomena), atau kejadian. Ketiga, menguraikan sejelas dan sepadat mungkin hubungan (perbedaan) yang diharapkan terjadi antara dua variabel dan menjelaskan variabel-variabel itu dalam kata-kata yang operasional dan dapat diukur. Keempat, dapat diuji (dites). Perhatikan contoh hipotesis berikut, yang kedua lebih operasional daripada yang pertama.
1.             Ada hubungan positif antara sikap dan kemampuan.
2.             Ada hubungan positif antara nilai sikap yang diukur dengan skala Likert dan nilai prestasi belajar pada raport.
Secara umum, hipotesis yang baik harus mempertimbangkan semua fakta-fakta yang relevan, harus masuk akal dan tidak bertentangan dengan hukum alam. Hipotesis juga harus dapat diuji dan sederhana serta jelas.

3.   Jenis-jenis hipotesis
Menurut Arikunto (2010:112-113) ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian antara lain :
1.             Hipotesis kerja atau alternatif ,disingkat Ha, hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok.
          Rumusan hipotesis kerja
a)             Jika ……… maka ………
b)            Ada perbedaan antara ……… dan ………
c)             Ada pengaruh ……… terhadap ………
Hipotesis alternatif adalah hipotesis yang merupakan lawan dari hipotesis nol yang dilambangkan dengan Ha atau H1. Hipotesis kerja merupakan anggapan dasar peneliti terhadap suatu masalah yang sedang dikaji. Dalam hipotesis ini peneliti menganggap benar hipotesisnya yang kemudian akan dibuktikan secara empiris melalui pengujian hipotesis dengan mempergunakan data yang diperolehnya selama melakukan penelitian.

2.             Hipotesis nol (null hypotheses) disingkat Ho.
Hipotesis ini menyatakan tidak ada perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Hipotesis nol adalah hipotesis yang dirumuskan dengan harapan akan ditolak yang dilambangkan dengan Ho. Rumusannya:
a)             Tidak ada perbedaan antara ……… dengan ………
b)            Tidak ada pengaruh ……… terhadap ………

4. Kegunaan Hipotesis
Dalam kegiatan penelitian, hipotesis merupakan sesuatu yang harus dilakukan. Pentingya hipotesis dinyatakan oleh Furchan (2007:115) yang mengungkapkan setidaknya ada dua alasan yang mengharuskan penyusunan hipotesis. Kedua alasan tersebut ialah:
1.       Hipotesis yang mempunyai dasar kuat menunjukkan bahwa peneliti telah mempunyai cukup pengetahuan untuk melakukan peneliatian di bidang itu.
2.       Hipotesis memberikan arah pada pengumpulan dan penafsiran data; hipotesis dapat menunjukkan kepada peneliti prosedur apa yang harus diikuti dan jenis data apa yang harus dikumpulkan. Dengan demikian dapat dicegah terbuang sia-sianya waktu dan jerih payah peneliti. Perlu ditekankan bahwa hal ini berlaku bagi semua jenis studi penelitian, tidak hanya yang bersifat eksperimen saja.

Dalam penelitian, hipotesis merupakan hal yang sangat berguna. Terkait dengan hal itu, Furchan (2007:115-117) mengungkapkan kegunaan hipotesis penelitian, yaitu:
1.       Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang
Untuk dapat sampai pada pengetahuan yang dapat dipercaya mengenai masalah pendidikan, orang harus melangkah lebih jauh daripada sekedar mengumpulkan fakta-fakta yang berserakan, untuk mencari generalisasi dan antar hubungan yang ada di antara fakta-fakta itu. Antar-hubungan dan generalisasi ini akan memberikan gambaran pola, yang penting bagi pemahaman persoalan. Pola semacam itu tidak mungkin menjadi jelas selama pengumpulan data dilakukan tanpa arah.
Hipotesis yang telah terencana dengan baik akan memberikan arah dan mengemukakan penjelasan-penjelasan. Karena hipotesis itu dapat diuji dan divalidasi (diuji keshahihannya) melalui penyelidikan ilmiah, maka hipotesis dapat membantu kita memperluas pengetahuan.
2.       Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang berlangsung dapat diuji dalam penelitian.
Pertanyaan tidak dapat diuji secara langsung. Penelitian memang dimulai dengan suatu pertanyaan, tatapi hanya hubungan antara variabelvariabel sajalah yang dapat diuji. Misalnya, orang tidak akan menguji pertanyaan “Apakah komentar guru terhadap pekerjaan murid menyebabkan peningkatan hasil belajar secara nyata?” Akan tetapi orang dapat menguji hipotesis yang tersirat dalam pertanyaan tersebut: “Komentar guru terhadap hasil pekerjaan murid menyebabkan meningkatnya hasil belajar hasil belajar murid secara nyata”. Atau yang lebih spesifik lagi, “Skor hasil belajar siswa yang menerima komentar guru atas pekerjaan mereka sebelumnya akan lebih tinggi daripada skor siswa yang tidak menerima komentar guru atas pekerjaan mereka sebelumnya”. Selanjutnya orang dapat meneliti hubungan antara kedua variabel itu, yaitu komentar guru dan prestasi siswa.
3.       Hipotesis memberikan arah kepada penelitian.
Hipotesis merupakan tujuan khusus. Dengan demikian hipotesis juga menentukan sifat-sifat data yang diperlukan guna menguji pernyataan tersebut. Secara sangat sederhana, hipotesis menunjukkan kepada peneliti apa yang harus dilakukan. Fakta-fakta yang harus dipilih dan diamati adalah fakta yang ada hubungannya dengan pertanyaan tertentu. Hipotesislah yang menentukan relevansi fakta-fakta itu. Hipotesis dapat memberikan dasar bagi pemilihan sampel serta prosedur penelitian yang harus dipakai. Hipotesis juga dapat menunjukkan analisis statistik yang diperlukan agar ruang lingkup studi tersebut tetap terbatas, dengan mencegahnya menjadi terlalu sarat. Sebagai contoh, lihatlah kembali hipotesis tentang latihan prasekolah anak-anak kelas satu yang mengalami hambatan kultural. Hipotesis itu menunjukkan metode penelitian yang diperlukan serta sampel yang harus dipakai. Hipotesis itu pun bahkan menuntun peneliti kepada tes statistic yang mungkin diperlukan untuk menganalisis data. Dari pernyataan hipotesis itu, jelas bahwa peneliti harus melakukan eksperimen yang membandingkan hasil belajar di kelas satu dari sampel siswa yang mengalami hambatan kultural dan telah mengalami program prasekolah dengan sekelompok anak serupa yang tidak mengalami program prasekolah. Setiap perbedaan hasil belajar rata-rata kedua kelompok tersebut dapat dianalisis dengan tes atau teknik analisis variansi, agar dapat diketahui signifikansinya menurut statistik.
4.       Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan
Hipotesis akan sangat memudahkan peneliti kalau ia mengambil setiap hipotesis secara terpisah dan menyatakan kesimpulan yang relevan dengan hipotesis itu. Artinya, peneliti dapat menyusun bagian laporan tertulis ini di seputar jawaban-jawaban terhadap hipotesis semula, sehingga membuat penyajian itu lebih berarti dan mudah dibaca.

5. Bentuk Rumusan Hipotesis
Pendapat lain mengenai pengklasifikasian atau jenis-jenis hipotesis diungkapkan oleh Sugiyono (2008: 100-104). Beliau menyatakan bahwa menurut tingkat eksplanasi yang akan duji, maka rumusan hipotesis dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu hipotesis deskriptif (pada suatu sampel atau variabel mandiri/tidak dibandingkan dan dihubungkan), komparatif (perbandingan) dan assosiatif (hubungan). Berikut penjelasannya:
1. Hipotesis Deskriptif
Hipotesis ini merupakan jawaban sementara terhadap masalah deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri.
Contoh:
Rumusan masalah           : Berapa lama daya tahan belajar siswa SMP kelas VII di rumah?
Hipotesis deskriptif         : Daya tahan belajar siswa SMP kelas VII di rumah sama dengan 2 jam/hari. Ini merupakan hipotesis nol, karena daya tahan belajar siswa SMP kelas VII di rumah yang ada pada sampel diharapkan tidak berbeda secara signifikan dengan daya tahan yang ada pada populasi (angka 2 jam/hari merupakan angka hasil pengamatan sementara). Hipotesis alternatifnya adalah: Daya tahan belajar siswa SMP kelas VII di rumah ¹ 2 jam/hari. “Tidak sama dengan” ini bisa berarti lebih besar atau lebih kecil dari 2 jam/hari.
Hipotesis statistik           :
Ho : m = 2 jam/hari
Ha : m ¹ 2 jam/hari
m adalah nilai rata-rata populasi yang dihipotesiskan atau ditaksir melalui sampel.

2. Hipotesis Komparatif
Hipotesis ini merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda.
Contoh:
Rumusan masalah           : Bagaimanakah prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X bila dibandingkan dengan Perguruan Tinggi Y?
Hipotesis komparatif      : Berdasarkan rumusan masalah komparatif tersebut dapat dikemukakan tiga model hipotesis nol dan alternatif, sebagai berikut.
ü   Ho : Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X bila dibandingkan dengan Perguruan Tinggi Y.
      Ha : Terdapat perbedaan prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X bila dibandingkan dengan Perguruan Tinggi Y.
ü   Ho. : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X lebih besar atau sama dengan Perguruan Tinggi Y.
      Ha : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X lebih kecil dari Perguruan Tinggi Y.
ü   Ho : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X lebih kecil atau sama dengan Perguruan Tinggi Y.
      Ha : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X lebih besar dari Perguruan Tinggi Y.
Hipotesis statistik           :
ü   Ho : m1 = m2
      Ha : m1 ¹ m2
ü   Ho : m1 ³ m2
      Ha : m1 < m2
ü   Ho : m1 £ m2
      Ha : m1 > m2
m1 = rata-rata prestasi belajar PT X
m2 = rata-rata prestasi belajar PT Y

3. Hipotesis Assosiatif
Hipotesis ini merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah assosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Contoh:
Rumusan masalah           : Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan iklim kerja sekolah?
Hipotesis penelitian : Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan iklim kerja sekolah.
Hipotesis statistika          :
Ho : r £ 0 ----- 0 berarti tidak ada hubungan
Ha : r > 0 ----- tidak sama dengan nol berarti lebih atau kurang dari 0 berarti ada hubungan
r = nilai korelasi dalan formulasi yang dihipotesiskan

6. Penelitian Tanpa Hipotesis
Mungkin kita bertanya, apakah semua penelitian harus berhipotesis? Padahal ada beberapa penelitian yang tidak menggunakan hipotesis. terkait dengan pertanyaan tersebut, untuk memberikan jawabannya, Arikunto (2010: 117) menjelaskan ada dua alternatif jawaban. 
Pendapat pertama menyatakan, semua penelitian pasti berhipotesis. Semua peneliti diharapkan menentukan jawaban sementara, yang akan diuji berdasarkan data yang diperoleh. Hipotesis harus ada karena jawaban penelitian juga harus ada, dan butir-butirnya sudah disebut dalam problematika maupun tujuan penelitian.
Pendapat kedua mengatakan, hipotesis hanya dibuat jika yang dipermasalahkan menunjukkan hubungan antara dua variabel atau lebih. Jawaban untuk satu variabel yang sifatnya deskriptif, tidak perlu dihipotesiskan. Penelitian eksploratif yang jawabannya masih dicari dan sukar diduga, tentu sukar ditebak apa saja, atau bahkan tidk mungkin dihipotesiskan.
Berdasarkan pendapat kedua ini maka mungkin sekali di dalam sebuah penelitian, banyaknya hipotesis tidak sama dengan banyaknya problematika dan tujuan penelitian. Mungkin problematika unsur 1 dan 2 yang sifatnya deskriptif tidak diikuti dengan hipotesis, tetapi problematika nomor 3 dihipotesiskan.
Contoh:
Hubungan antara motivasi belajar matematika dengan hasil belajarnya para siswa SMP Xxx.
Problematika 1:
Seberapa tinggi motivasi belajar matematika siswa SMP Xxx? (tidak dihipotesiskan)
Problematika 2:
Seberapa tinggi hasil belajar para siswa SMP Xxx? (tidak dihipotesiskan)
Problematika 3:
Adakah hubungan antara motivasi belajar matematika dengan hasil belajarnya para siswa SMP Xxx?
Hipotesis:
Ada hubungan antara motivasi belajar matematika dengan hasil belajarnya para siswa SMP Xxx.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar